Dunia
kerja tak jauh dari yang namanya organisasi. Dunia kerja menuntut kita
semua untuk bisa berorganisasi, bekerja dalam satu tim, dan bisa saling
melengkapi untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Namun pentingkah
pemebelajaran organisasi sebelum masuk ke dunia kerja? Hal ini tentu
menjadi ‘kegalauan’ para generasi muda terutama mahasiswa/i baik
Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta, karena tidak bisa dipungkiri lagi
bahwa kuliah itu tujuannya untuk bekerja dan di dalam pekerjaan
pastilah ada sebuah organisasi yang menggerakkan.
Hampir
kebanyakan dari kita semua memilih untuk lebih memfokuskan diri pada
kuliah saja, selain untuk bisa berkonsentrasi pada hasil studi/nilai,
kadang ini juga menjadi tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya
untuk bisa berprestasi. Akan tetapi ‘kuliah’? apakah sudah cukup bagi
kita untuk menjadi para pekerja
yang handal dan profesional??? Saya kira kita harus objektif melihat
fenomena kehidupan di negeri ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal
melenceng yang tidak sesuai dengan yang diharapkan kerap terjadi di
negeri ini pada lulusan-lulusan PT negeri maupun swasta, contoh : banyak
lulusan pertanian yang banting stir kerja di perbankan atau memilih
kerja di usaha perkreditan karena tidak memiliki komitmen yang kuat atau
tidak tahu cara mengaplikasikan ilmunya di masyarakat dan ini juga
terjadi pada lulusan-lulusan yang lain seperti : peternakan, pendidikan,
dll. Hal ini tentunya ada sebuah PERENCANAAN YANG GAGAL dalam
mempersiapkan diri untuk terjun di dunia kerja. Lulusan pertanian yang
mestinya bekerja di bidang pertanian dan menjadi petani yang handal
justru menjadi teller bank yang sungguh tidak ada hubungannya secara
akademis.
Dalam
dunia perkuliahan, kita hanya dijejali beribu-ribu materi, materi, dan
materi. Minimnya praktek membuat kita semakin kerdil, seperti bonsai.
Enak dilihat (karena berprestasi secara akademik) namun sebenarnya kita
menderita karena tidak bisa berkembang. Jejelan materi di kampus hanya
menjadikan kita kaum-kaum yang ‘tahu’
‘tahu’ cara membrantas hama yang baik
‘tahu’ cara mengajar yang baik
‘tahu’ cara berdebat atau berpendapat yang baik
‘tahu’ cara membuat pembukuan yang baik dengan uang khayalan yang selalu dibangga-banggakan
‘tahu’ cara mengawin silangkan hewan agar memperoleh hasil yang berkualitas
‘tahu’ cara membuat perencanaan pembangunan yang baik
Kita hanya sebatas ‘tahu’ dan akan terus terbelenggu dengan pemikiran ‘tahu’
Pertanyaan besarnya adalah kapan kita ‘bisa’???
Organisasi
adalah salah satu jembatan para pelajar atau siapapun untuk beralih
dari ‘tahu’ menjadi ‘bisa’. Kita diajarkan tidak hanya ‘tahu’ tapi juga
harus ‘bisa’, bisa mengerjakan apa yang kita ‘tahu’. Contoh : mahasiswa
ekonomi akan sibuk menentukan balance atau tidaknya suatu pembukuan
dengan menggunakan uang khayalannya, yang pasti sesuatu yang tidak
nyata. Tapi dalam organisasi, kita diajarkan dan langsung mempraktekkan
untuk tidak hanya membuat pembukuan tapi mengepres dana, mengelola dana
dengan bijaksana, hingga menjaga uang dengan teliti agar tidak terjadi
kesalahan dan ini tentunya menggunakan uang asli, bendahara kegiatanlah
yang punya tanggung jawab ini. Banyak lagi yang bisa dipetik
pembelajarannya dari berorganisasi seperti : ‘tahu’ dan ‘bisa’ cara
berdebat dan berpendapat yang baik yang saling menghargai satu sama
lain, merencanakan kegiatan, melaksanakan, hingga mengevaluasi.
Mahasiswa pendidikan bisa ikut berorganisasi yang di dalamnya ada
unsur-unsur pendidikan sehingga dapat di terapkan pada dunia kerja
nantinya, begitu juga fakultas-fakultas dan jurusan yang lain.
Perlu
disadari juga bahwa tidak semua orang organisator atau orang yang aktif
di organisasi akan berhasil dan sukses di dunia kerja, tergantung pada
diri sendiri dan organisasi yang di pilih. Kalau kita ikut organisasi
hanya sekedar nampang aja atau cari-cari perhatian, yaa udah pasti
bakalan susah nantinya atau sama juga bo’ong. Atau ego kita
tidak bisa di kontrol, tidak mau dipimpin atau tidak menghiraukan
pemimpin, pengen menang sendiri, setiap pendapat harus diterima kalau
gak, yaa marah-marah ga karuan dan ngebentuk kelompok baru yang memliki
sifat dan kepribadian yang hampir sama, ini contoh berorganisasi yang
keliru, karena hal kecil itu pasti akan ke bawa ke hal yang lebih besar,
pernyataan Pak Dahlan Iskan juga memperkuat hal ini, beliau menyatakan
dalam media cetak bahwa “untuk menjadi atasan yang baik, harus bisa
menjadi bawahan yang baik dulu” jadi hal yang paling penting dalam
berorganisasi adalah membentuk karakter dan belajar sebanyak-banyaknya
agar bisa mempersiapkan diri pada dunia organisasi yang lebih nyata.
Untuk
kesuksesan dan keberhasilan di dunia kerja, sejarah sudah dan hanya
mencatat orang-orang yang memiliki usaha yang keras dan selalu berdoa
kepada Tuhan. Organisasi hanyalah salah satu jembatan, formal atau
tidaknya sebuah organisasi tidak akan jadi masalah, yang terpenting
pembelajaran dalam organisasi membimbing kita untuk menjadi
generasi-generasi yang siap untuk menyambut dan memasuki dunia kerja
yang sedemikian kompleksnya.