Bioetanol
adalah etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilanjutkan
dengan proses destilasi. Proses destilasi dapat menghasilkan etanol dengan
kadar 95% volume, untuk digunakan sebagai bahan bakar (biofuel) perlu lebih
dimurnikan lagi hingga mencapai 99% yang lazim disebut fuel grade ethanol
(FGE). Proses pemurnian dengan prinsip dehidrasi umumnya dilakukan dengan
metode Molecular Sieve, untuk memisahkan air dari senyawa etanol. Bahan baku
bioetanol yang dapat digunakan antara lain ubi kayu, tebu, sagu dll.
Bioetanol
dapat diolah dari berbagai jenis tanaman berpati dan berserat. Etanol yang
diciptakan dari produk limbah jeruk dan campuran tembakau dengan cara
menggunakan enzim yang berasal dari tembakau yang bisa menghancurkan kulit
jeruk dan material lainnya menjadi bentuk gula. Produk gula yang dihasilkan
kemudian difermentasi dan akhirnya jadilah etanol.Tembakau dipilih sebagai
tanaman ideal untuk memproduksi enzim karena beberapa alasan Yaitu karena
produksinya sangat berlimpah. Selain itu penggunaan tembakau sebagai bahan
penghasil enzim bisa mengurangi produksi rokok dan jumlah perokok. Kulit jeruk
dipilih sebagai bahan pembuatan etanol karena dapat menyelesaikan sampah
yang menggunung . sampah merupakan penyumbang emisi mengakibatkan sampah
organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, dan proses itu
menghasilkan gas CH4 (metana). Metana sendiri mempunyai
kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar daripada CO2. Sampah
menghasilkan gas metana (CH4) dengan komposisi rata-rata tiap satu
ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sehingga dengan mengolah limbah
kulit jeruk dapat mengurangi emisi gas buang.
Di
Brazil yang merupakan produsen jus jeruk terbesar di dunia, setengah buah
jeruk tersisa sebagai limbah setelah jus dihasilkan. Itu berarti ada sekitar
delapan juta ton kulit jeruk per tahun yang dapat digunakan untuk memproduksi
bioetanol. Produktifitas rata-rata bioetanol 5.000 liter/ha per- tahun,
konsumsi seluruh bensin sebesar 16 juta kilo per-tahun (tahun 2005) dapat
diproduksi dengan budidaya bahan baku seluas 3,2 juta hektar saja (1,7% dari
luas daratan Indonesia). Dengan menggunakan bioetanaol dapat mengurangi
pemakaian bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi gas buang yang lebih
banyak. Sehingga bioetanol dapat menjadi sumber energi masa depan yang
terbaharukan dan ramah lingkungan.
Departemen
Pendidikan HMPS Pendidikan Kimia 2012/2013